Syekh Muhammad Ghawth Gwaliyari
Nama "Gwaliyari" merujuk pada kota asalnya. Beliau adalah guru atau mursyid Tarekat Syattariah yang dikenal karena penekanannya pada kecepatan dan kemajuan dalam jalan spiritual.
Banyak ulama terkenal yang lahir dari keilmuannya, termasuk Kaisar Mughal Humayun dan musisi legendaris Tansen, yang kemudian dimakamkan di dekat makamnya. Makamnya di Gwalior, India, terkenal dengan arsitektur Mughal dan ukiran kisi-kisi batu (jali) yang rumit.
Pada tahun 1549 atau berusia 50 tahun, melakukan perjalanan ke Gujarat dan tinggal di Ahmedabad selama sepuluh tahun. Beliau berdakwah serta mendirikan Masjid Ek Toda. Di kota inilah lahir dua murid penting penerus Tarekat Syattariah, Syekh Wajihuddin (w.1609), wali besar yang sangat dihormati di Gujarat, India dan Syekh Sibghatullah (w.1606) di Madinah
Beliau meninggal dan dimakamkan di Gwalior (sebuah kota di Madhya Pradesh di India) yang dibangun untuk menghormatinya pada Tahun 1562 masehi. Makamnya dijadikan objek wisata terkenal karena dianggap sebagai contoh yang sangat baik dari Arsitektur Mughal.
Mulai menulis kitab ketika berusia 25 tahun. Karya-karya pentingnya antara lain, Jawahir-i Khamsa (Lima Permata), sebuah karyanya yang paling terkenal, berisi kompilasi ajaran dan filosofi sufi.
Karya berikutnya,, menerjemahkan Amrtakunda dari bahasa Sansekerta ke bahasa Persia sebagai Bahr al-Hayat (Samudra Kehidupan) yang menjelaskan praktik-praktik yoga India dan hubungannya dengan konsep tasawuf. Beliau menghubungkan postur yoga dan meditasi dengan konsep sufi tentang kesadaran diri dan penyatuan dengan Tuhan. Beliau menggambarkan tubuh sebagai cerminan alam semesta yang selaras dengan konsep sufi tentang mikrokosmos dan makrokosmos.
Penyebaran ajarannya, terutama melalui terjemahan karya-karyanya, menyebar luas dan sangat berpengaruh bahkan sampai ke Afrika Utara dan Indonesia hingga saat ini. Di Indonesia, nama ulama besar Syekh Abdul Rauf As Singkil atau Syiah Kuala Aceh, guru dari ulama terkenal Syekh Burhanuddin Ulakan (Sumatera Barat) dan Syekh Abdul Muhyi Pamijahan (Tasikmalaya, Jawa Barat) merupakan sanad atau silsilah penerus dari Tarekat Syattariah Syekh Muhammad Ghawth Gwaliyari yang diyakini sebagai "santo aksial" poros alam semesta.(ONE)